Konsep Ilmu dalam Islam

  • Sumo

Masalah pertentangan ilmu dan agama, sebenarnya  tidak pernah dikenal dalam Islam. Kalau sekarang ini kita mendengar masalah pertentangan tersebut, sebenarnya hanyalah dikemukakan oleh orang-orang yang tidak memahami budaya Islam dan telah  dipengaruhi pemikiran barat yang mengadopsi konsep dikotomi dalam ilmu pengetahuan. Para cendekiawan muslim terdahulu tidak pernah melihat adanya  hakekat  ilmiyah yang  bertentangan  dengan agama.  Karena intelektualitas Islam telah dibentuk  oleh Al  Quran dan  agama diturunkan untuk mendidik akal  sehat  dan  membimbingnya ke arah memahami hakekat kauniyyah.

Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya: Sesungguhnya  Kami  menurunkannya  berupa   Al Quran  dengan berbahasa Arab  agar kamu memahaminya .  (QS. Yusuf  2). Pemahaman  tentang hakekat kauniyyah ini akan  membawa akal untuk meyakini ilmu agama baik tentang Khalik  dan  hal-hal  ghaib lainnya. Di antara ciri intelektualitas Islam, tidak membedakan antara ilmu dan agama seperti yang terjadi di Barat. Dalam Islam  hampir tidak ada bedanya antara cakrawala ilmu  dan  cakrawala agama. Ilmu termasuk dalam agama dan agama adalah  ilmu setelah dipadukan keudanya oleh Al Quran.

Ayat Al Quran yang pertama kali turun adalah: yang artinya: Bacalah, dengan atas nama Tuhanmu Yang  telah menjadikan,  Dia  Menjadikan manusia dari  segumpal darah. Bacalah,  Dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar Manusia  dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan  kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al ‘Alaq 1-5).

Wahyu al Quran dalam Islam dianggap sebagai ilmu. Artinya: Dan  janganlah  kamu tergesa-gesa  membaca  Al  Quran  sebelum disempurnakan  mewahyukannya  kepadamu, dan  katakanlah Ya Tuhanku , tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan  (QS. Thaha 114). Al Quran membuka agama dengan  kunci ilmu  yaitu  membaca dan memasukkan iman kepada Allah dengan cara mengenalkanNya  sebagai, Pencipta,  Dzat Yang Maha Mengetahui,  dan  Yang  mengajari  Manusia dan dengan cara  menanamkan  kehebatan penciptaan manusia dari segumpal darah . Al Quran  mengaitkan hakekat pertama dalam agama yaitu  Allah Pencipta dengan hakekat  pertama dalam ilmu pengetahuan  yaitu   penciptaan  alam   dengan kekuasaan Allah dan ilmuNya.

Bukti  lain bahwa Islam tidak membedakan  antara  ilmu dan agama adalah firman Allah  yang rtinya: Tidakkah  kamu melihat bahwasanya Allah  menrunkan  hujan dari langit lalu kami hasilkan  dengan hujan  itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya . Dan di antara  gunung-gunung  itu  ada  garis-gais putih  dan merah  yang beraneka macam warnanya dan ada pula yang hitam pekat.  Dan  demikian  pula  di antara manusia dan binatang  melata  dan  binatang-binatang ternak  ada yang bermacam-macam  warnanya dan  jenisnya.  Sesungguhnya yang takut  kepada  Allah  di antara hamba-hambaNya hanyalah ulama.(QS. Fathir 27-28)

Ayat tersebut terdapat cakupan obyek ilmu dalam termi nologi  modern  yaitu alam material  dan  cabang-cabangnya,juga terdapat batasan ilmu dalam konsep modern. Berbicara  tentang metodologi penelitian  ilmu, yaitu metode induktif dan deduktif, Al quran telah mengemukakan sebagai berikut. Firman Allah yang artinya:Katakanlah  :“Berjalanlah di muka  bumi, maka perhatikanlah  bagaimana  Allah  menciptakan manusia dari permulaannya,  kemudian Allah menjadikannya sekali lagi  , sesungguhnya  Allah  Maha  Kuasa  atas  segala sesuatu.(QS. Al Ankabut 20).

Jadi  ilmu  dalam terminologi modern  adalah  Qur-any,  cakupannya , obyeknya dan metodenya. Wahyu,  dalam konsepsi Al Quran dianggap ilmu,  karena wahyu  merupakan ilmu yang dianugerahkan Allah  SWT kepada manusia  bukan  hasil usaha  pikiran  manusia menyimpulkan  hukum-hukum  alam. Barangkali di sini letak perbedaan  ilmu  dalam pandangan al Quran dengan ilmu dalam konsepsi modern. 

Dalam  terminnologi ilmu modern whyu tidak  termasuk dalam  cakupan ilmu. Diantara  bukti bahwa  obyek ilmu  dan  obyek  agama adalah  satu,  Al  Quran menjadikan  akal  pikiran sebagai  sandaran utama dalam masalah keimanan kepada Allah SWT  dan  mengetahui  sifat-sifatNya, sebagai mana  para   ilmuwan  materialis bersandar kepada akal pikiran  untuk  memahami  alam, mengkonklusikan hukum-hukumnya dan menyingkap rahasianya. Al  Quran  menjelaskan bahwa alam material  yang  kita lihat  merupakan bagian dari ‘arsy allah Yang  Maha  Agung. 

Kita  bisa menyaksikan kekuasaanNya  dengan mata telanjang  dan bisa meyakini wujudNya secara pasti setelah akal  mene tapkan  wujud Allah dan wahdaniyatNya yang  tercermin  dari  alam ciptaanNya. Seseorang yang meneliti alam dan tidak bisa menyimpulkan  wujudullah Yang maha Esa tidak bisa  disebut  sebagai  pemikir atau cendekiawan dalam pandangan Al Quran.

Al  Quran   telah menjadikan  akal sebagai  asas  iman dalam  agama  ,  sebagaimana Juga dasar  ilmu  adalah akal  pikiran , Al Quran  juga bersandar pada akal untuk menyampaikan hakekat ke dalam jiwa . Allah berfirman dalam  surat Yusuf  yang artinya:“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya  berupa Al Quran yang berbahasa Arab agar kamu memahaminya

 Kalau kita mengamati ayat-ayat  Al Quran, dapat  menarik  suatu  kesimpulan bahwa ilmu dalam konsepsi  al Quran 

  1. Ilmu pengetahuan yang didapat dengan usaha manusia. Ilmu ini  adalah ciri istimewa  yang dianugerahkan Allah  kepada  manusia. ilmu ini disebut juga hukum akal . suatu  ilmu  yang didasarkan atas kemampuan akal untuk menetapkan  sesuatu  berdasarkan bukti   dan  dalil. Contohnya;  ilmu  pasti, keyakinan akal tentang adanya Allah Pencipta  dan seterusnya..Macam Ilmu ini diisyaratkan oleh Al Quran :

Firman Allah yang artinya: Allah  menyatakan bahwasanya tidak  ada Tuhan melainkan Dia Yang menegakkan keadilan . Para malaikat  dan  orang-orang yang berilmu juga menyatakan demikian . Tak ada  tuhan melainkan Dia Yang Maha berkuasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Ali ‘Imron 18)

Dalam ayat lain disebutkan:yang artinya: Dan  orang-orang yang mendalam ilmunya   berka ta:”Kami iman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya  itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil  pelajaran daripadanya melainkan orang-orang yang berakal .  (QS. Ali  ‘Imron 7).   Maksud  ayat tersebut bahwa segala sesuatu  itu  datang dari  Allah   dan telah pasti bersifat ilmiyah  yang harus  dipercayai oleh akal. Macam ilmu ini diisyaratkan juga oleh ayat 9 surat  Az zumar: Artinya:Katakanlah:”  Adakah  sama  orang-orang   yang mengetahui  dengan  orang-orang yang tidak  mengetahui  ?”.  sesungguhnya orang berakallah yang dapat menerima  pelajaran.

Ilmu macam ini merupakan derajat tertinggi yang diberikan  kepada menusia.. Karena ilmu ini telah menjadikannya  sebagai  saksi,  bersama Allah dan para malaikatNya, atas suatu  hakekat ilmiyah, diniyah dan hakekat alam,  berupa  keesaan Allah, keagunganNya dan kebijaksanaanNya

  1. Ilmu macam kedua adalah ilmu  hasil eksperimen  di alam  dunia  ini  dan ilmu hasil  renungan  terhadap semua  ciptaan Allah. Ilmu ini dicerminkan oleh ayat 27 & 28 surat  Fathir yang telah disebutkan di atas.    Juga diisyaratkan oleh ayat: yang   Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya   ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasmu dan warna kulitmua. sesungguhnya pada yang demikian benar-benar  terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.  (QS. Ar  ruum 22). Dalam ayat lain dinyatakan : Artinya: Dan  Dialah  yang  menjadikan  bintang-bintang bagimu,  agar kamu menjadikannya  petunjuk dalam kegelapan  di  darat dan di laut. sesungguhnya Kami telah menjelaskan  tanda-tanda kebesaran Kami  kepada orang-orang yang  mengetahui.(QS. Al An’am 97)

Memang,  ilmu macam pertama menurut konsepsi al  Quran  yaitu,  hukum akal  pada realitanya adalah sendi  dari ilmu  yang  dihasilkan lewat eksperimen . Karena hukum akal  ini dipergunakan oleh pikiran untuk mengetahui hakekat-hakekat nyata, mengetahui hubungan segala sesuatu, mengklasifikasi kannya  dan mengambil hukum-hukum alam yang  terkandung  di  dalamnya.

   3- Ilmu macam ketiga menurut konsepsi Al Quran  adalah ilmu   yang didapat para nabi lewat wahyu Ilahi.  Ilmu ini tidak didapat lewat mengolah otak untuk mengetahui hakekat  sesuatu. Jadi ilmu macam ini merupakan anugerah ilmu Ilahi yang dilimpahkan  ke  dalam hati seorang nabi  tentang berbagai  hakekat . Sebagiannya berupa hakekat ghaib yang tidak  bisa disentuh akal manusia, seperti berita kebangkitan  manusia,  hari kiamat, hisab, surga, neraka, malaikat dsb. Dan  sebagian  lain berupa hakekat dari dunia eksperimen,  kejadian- kejadian serta hukum-hukum dan perundang-undangan yang  ada  pada  umat-umat terdahulu  atau  berita-berita  yang  akan terjadi di masa yang akan datang. Ilmu  macam ini disiratkan dalam ayat 114  dari  surat Thaahaa  yang telah disebutkan di atas.  juga diisyaratkan  oleh ayat 65 surat al Kahfi : Artinya: Lalu  mereka bertemu dengan seorang  hamba di antara  hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya  rahmat dari sisi Kami  dan yang telah  Kami ajarkan  kepadanya ilmu dari sisi Kami 

Ilmu  yang  disiratkan ayat ini merupakan  ilmu menyingkap  kejadian-kejadian  masa  mendatang sebelum terjadinya  dan ilmu meramalkan sesuatu kejadian baik atau buruk.     Allah berfirman: Artinya:Itu  adalah  di antara  berita-berita  penting tentang  yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhamad);  tidak  pernah  kamu  mengetahuinya dan  tidak pula  kaummu  sebelum ini .(QS. Huud 49)

Termasuk  dalam  ilmu ini adalah ilmu  tentang  ta’wil mimpi. Allah telah menyatakan dalam surat Yusuf sbb.: Artinya:  Dan demikianlah Tuhanmu memilih  kamu untuk   menjadi  nabi  dan diajarkanNya  kepadamu  sebahagian dari  ta’wil mimpi-mimpi. (QS. Yusuf 6).

Dalam ayat lain disebtkan:  Artinya:  YA Tuhaku, sesungguhnya engkau talah  menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian ta’wil mimpi .(QS. Yusuf 101)

Untuk menunjukkan konotasi  ilmuwan, cendekiawan, atau pemikir  Al  Quran  menggunakan  beberapa  istilah yaitu;  ‘ulama,  ulil  albab, ulinnuha dan ulil  abshar . Kata-kata  ulama  disebutkan 2 kali,   ulil albaab   disebutkan 15  kali,  ulin  nuhaa  disebutkan 2 kali dan  ulil abshar  disebutkan  3 kali. Dari  pengertian etimologis,nampaknya kata-kata  ulama dan ulil albab saja yang paling tepat  untuk  menunjukkan konotasi ilmuwan atau cendekiawan muslim.

Kata-kata   ulama   merupakan sinonim ulil  albab . Bila kita  teliti  konotasinya dalam kontek Qurani,  akan dapat  mengambil  kesimpulan  bahwa ulama  atau  ulil albab   adalah  orang-orang yang memiliki kecerdasan akal, ketajaman berfikir,  tanggap  terhadap ayat-ayat kauniyah  dan  ayat-ayat Quraniyah dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketakwaan nya.

Kalau kita mengamati: surat Maidah ayat 100,At  Thalaq  ayat 10, Al Baqarah ayat 179 dan 197, kita dapat menyimpulkan  sifat global yang dituntut dari ulil albab, yaitu   ber takwa kepada Allah SWT . Sedangkan   ciri-ciri terurai bagi ulil  albab  dapat kita  teliti dari ayat 190-191 dari surat Ali ‘Imron, ayat 17 -18  dari  surat Az Zumar, dan ayat  19-24  dari surat  Ar ra’d. Dari ayat-ayat tersebut kita dapat menyimpulkan sifat-

sifat yang harus dimiliki setiap ilmuwan muslim yaitu a.l:

  1. Senantiasa  Menyebut nama Allah di  kala berdiri, duduk  ,  berbaring, sholat dan kondisi lainnya.(lih.  Ali  ‘Imron 191)
  2. Senantiasa merenungi penciptaan langit dan  bumi.(lih. Ali ‘Imron 191)
  1. Menjauhi penyembahan  thoghut, syetan atau  segala yang disembah selain Allah. (Lih. Az Zumar 17)
  1. Mengembalikan segala urusan kepada Allah  swt  dan memurnikan ibadah kepadaNya.(lih. Az zumar 17)
  1. Senantiasa  mengikuti perkataan yang  paling  baik kemudian langsung mengamalkannya. ( lih. Az zumar 18)
  1. Memenuhi janji Allah yaitu mengakui Allah  sebagai “RABB”

   7. Tidak  merusak perjanjian umum yang mereka  kukuhkan antara mereka dan perjanjian antara Allah dan hambaNya.

   8. Menghubungkan  apa  yang  diperintahkan  Allah  agar menghubungkannya seperti silaturrahmi dsb.

   9  Takut kepada allah dan keagunganNya.

  10. Takut kepada hisab yang buruk di hari kiamat.

  11  Sabar menghadapi semua kesulitan, sabar melaksanakan kewajiban dan sabar menghadapi ujian.

  12 Memelihara shalat yang wajib.

  13 Menafkahkan harta di jalan Allah.

  14 Menolak kejahatan dengan kebaikan.

(Achmad Satori Ismail)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses