Cemburukah Kita Pada Julaibib

JULAIBIB, begitu dia biasa dipanggil. Sebutan ini sendiri mungkin sudah menunjukkan ciri jasmani serta kedudukannya di antara manusia; kerdil dan rendahan. Julaibib. Nama yang tak biasa dan tak lengkap. Nama ini, tentu bukan dia sendiri yang menghendaki. Tidak pula orangtuanya. Julaibib hadir ke dunia tanpa mengetahui siapa ayah dan yang mana bundanya. Demikian pula orang-orang, semua tak tahu, atau tak mau tahu tentang nasab Julaibib. Tak dikenal pula, termasuk suku apakah dia. Celakanya, bagi masyarakat Yatsrib, tak bernasab dan tak bersuku adalah cacat kemasyarakatan yang tak terampunkan. Julaibib yang tersisih. Tampilan jasmani dan kesehariannya juga menggenapkan sulitnya manusia berdekat-dekat dengannya. Wajahnya yang jelek terkesan sangar. Pendek. Bungkuk. Hitam. Fakir. Kainnya usang. Pakaiannya lusuh. Kakinya pecah-pecah tak beralas. Tak ada rumah untuk berteduh. Tidur sembarangan berbantalkan tangan, berkasurkan pasir dan kerikil. Tak ada perabotan. Minum hanya dari kolam umum yang diciduk dengan tangkupan telapak. Abu Barzah, seorang pemimpin Bani Aslam, sampai-sampai berkata tentang Julaibib, ”Jangan pernah biarkan Julaibib masuk di antara kalian! Demi Allah jika dia berani begitu, aku akan melakukan hal yang mengerikan padanya!” Lanjutkan membaca

Al Imam Asy Syafi’i

kisah-para-tabiinDi kampung miskin di kota Ghazzah (orang Barat menyebutnya Gaza ) di bumi Palestina, pada th. 150 H (bertepatan dengan th. 694 M) lahirlah seorang bayi lelaki dari pasangan suami istri yang berbahagia, Idris bin Abbas Asy-Syafi`ie dengan seorang wanita dari suku Azad. Bayi lelaki keturunan Quraisy ini akhirnya dinamai Muhammad bin Idris Asy-Syafi`ie. Demikian nama lengkapnya sang bayi itu. Namun kebahagiaan keluarga miskin ini dengan kelahiran bayi tersebut tidaklah berlangsung lama. Karena beberapa saat setelah kelahiran itu, terjadilah peristiwa menyedihkan, yaitu ayah sang bayi meninggal dunia dalam usia yang masih muda. Bayi lelaki yang rupawan itu pun akhirnya hidup sebagai anak yatim. Lanjutkan membaca

Cinta Ukasyah

haramain4Rasulullah SAW telah jatuh sakit agak lama, sehingga kondisi. beliau sangat lemah. Pada suatu hari Rasulullah SAW meminta Bilal memanggil semua sahabat datang ke Masjid. Tidak lama kemudian, penuhlah Masjid dengan para sahabat. Semuanya merasa rindu setelah agak lama tidak mendapat taushiyah dari Rasulullah SAW. Beliau duduk dengan lemah di atas mimbar. Wajahnya terlihat pucat, menahan sakit yang tengah dideritanya. Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Wahai sahabat2 ku semua. Aku ingin bertanya, apakah telah aku sampaikan semua kepadamu, bahwa sesungguhnya Allah SWT itu adalah satu2nya Tuhan yang layak di sembah?”Semua sahabat menjawab dengan suara bersemangat, ” Benar wahai Rasulullah, Engkau telah sampaikan kepada kami bahwa sesungguhnya Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang layak disembah.” Lanjutkan membaca

Perang Mu’tah

Rasulullah shalallahu alaihi wassalam menetap di Madinah di sisa bulan Dzulhijjah dilanjut-kan bulan Muharram, Shafar, Rabiul Awal, dan Rabiul Akhir. Pada bulan Jumadil Ula, beliau mengirim pasukan ke Syam dan di antara mereka gugur sebagai syahid di Mu’tah.” Dan menunjuk Zaid bin Haritsah sebagai komandan pasukan, Rasulullah bersabda, ‘Jika Zaid gugur, maka yang menjadi komandan pasukan adalah Ja’far bin Abu Thalib. Jika Ja’far bin Abu Thalib gugur, maka yang menjadi komandan pasukan adalah Abdullah bin Rawahah’. Pasukan tersebut segera mengadakan persiapan dan bersiap-siap untuk berangkat menunaikan tugas. Pasukan tersebut terdiri dari tiga ribu personel. Lanjutkan membaca

Penetapan Kalender Hijriyah

kisah-para-tabiinTerkait dengan sejarah penetapan kalender awal tahun Hijriyah, dalam kitab Tarikh Ibnu Hisyam dinyatakan bahwa keberangkatan hijrah Rasulullah dari Mekah ke Madinah adalah pada akhir bulan Shafar bukan bulan Muharram, dan tiba di Madinah pada awal bulan Rabiul Awal. Jadi bukan pada tanggal 1 Muharram sebagaimana anggapan sebagian orang. Sedangkan penetapan Bulan Muharram sebagai awal bulan dalam kalender Hijriyah adalah hasil musyawarah pada zaman Khalifah Umar bin Khatthab ra tatkala mencanangkan penanggalan Islam. Jadi penetapan kalender Hijriyah diputuskan dalam musyawarah para shahabat pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab ra. Lanjutkan membaca

Wanita Berhati Baja

jabal-uhudNusaibah Binti Ka’ab radhiyallahu anha, shahabiyah Anshar yang berhati Baja. Hari itu Nusaibah sedang berada di dapur. Suaminya, Said sedang berehat di bilik tidur. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh bagaikan gunung-gunung batu yang runtuh. Nusaibah menerka, itu pasti tentara musuh. Memang, beberapa hari ini ketegangan memuncak di kawasan Gunung Uhud. Dengan bergegas, Nusaibah meninggalkan apa yang sedang dilakukannya dan masuk ke bilik. Suaminya yang sedang tertidur dengan halus dan lembut dikejutkannya. “Suamiku tersayang”, Nusaibah berkata, “Aku mendengar suara gemuruh menuju ke Uhud. Mungkin orang-orang kafir telah menyerang. ”Said yang masih belum sadar sepenuhnya, tersentak. Dia menyesal mengapa bukan dia yang mendengar suara itu, malah istrinya. Lanjutkan membaca

Umar Dan Pemuda Lusuh

hijrahSuatu hari Umar sedang duduk di bawah pohon kurma dekat Masjid Nabawi. Di sekelilingnya, para sahabat sedang asyik mendiskusikan sesuatu. Tiba-tiba datanglah tiga orang pemuda. Dua pemuda memegangi seorang pemuda lusuh yang diapit oleh mereka. Ketika sudah berhadapan dengan Umar, kedua pemuda yang ternyata kakak beradik itu berkata : “Tegakkanlah keadilan untuk kami, wahai Amirul Mukminin, Qishashlah pembunuh ayah kami sebagai had atas kejahatan pemuda ini !”. Umar segera bangkit dan berkata : “Bertakwalah kepada Allah, benarkah engkau membunuh ayah mereka, wahai anak muda? “Pemuda lusuh itu menunduk sesal dan berkata : “Benar, wahai Amirul Mukminin.” “Ceritakanlah kepada kami kejadiannya.”, tukas Umar. Lanjutkan membaca

Canda Rasulullah

4593Suatu hari seorang perempuan datang kepada beliau shalallahu ‘alaihi wasallam, lalu berkata, “Ya Rasulullah! Naikkan saya ke atas unta”, katanya. “Aku akan naikkan engkau ke atas anak unta”, kata Rasulullah saw. “Ia tidak akan mampu menanggung berat tubuhku”, kata perempuan itu lagi . “Tidak, aku akan naikkan engkau ke atas anak unta”, kata Rasulullah lagi. “Ia tidak akan mampu”, tegas perempuan itu lagi. Para sahabat yang berada di situ berkata, “Bukankah unta itu juga anak unta?” Lanjutkan membaca

Abu Ubaidah Bin Jarrah

hijrahAbu Ubaidah bin Jarrah masuk Islam atas ajakan Abu Bakar. Setelah ia sadar dengan ajakan Abu Bakar, berangkatlah ia bersama Abdurrahman bin ‘Auf, Ustman bin Maz’un dan Arqam bin Abi Arqam untuk menemui Rasulullah. Di depan Rasulullah mereka sama-sama mengucapkan kalimat syahadah. Setelah masuk Islam, Abu Ubaidah sadar betul bahwa seluruh yang ia miliki harus sepenuhnya diberikan untuk Islam. Bukan setengah atau pun sebagiannya. Abu Ubaidah adalah seorang pemuda yang gagah berani yang sangat ditakuti oleh musuh-musuhnya dan sulit sekali untuk di kalahkan. Saat terjadinya perang Badar, Abu Ubaidah tampil kedepan, memerangi tentara musyrikin. Tatkala Abu Ubaidah sedang berhadapan dengan musuh, tiba-tiba ia dikejutkan oleh seorang lelaki yang mengasuhnya sejak kecil. Ayah kandungnya yang masih musyrik. Sebelumnya dia sudah berusaha agar tidak bertemu ayahnya di tengah-tengah kancah peperangan. Lanjutkan membaca

Doa Yang Terkabulkan

jabal-uhud“Ya Allah, jangan kembalikan aku ke keluargaku, dan limpahkanlah kepadaku kesyahidan.” Itulah seuntai doa itu keluar dari mulut seorang sahabat yang bernama `Amru bin Jamuh ra. Ketika itu ia bersiap-siap untuk mengenakan baju perangnya dan bermaksud untuk berangkat bersama-sama kaum muslimin menuju ke medan perang Uhud. Kesempatan tersebut adalah merupakan kali pertama bagi `Amru terjun ke medan pertempuran. Hail ini disebabkan karena kaki beliau pincang. Dan Allah swt memberikan dipensasi seperti dalam firman-Nya dalam surat Al Fath ayat 17: “Tiada dosa atas orang-orang buta, atas orang-orang pincang dan atas orang sakit untuk tidak ikut berperang.” Lanjutkan membaca