Zuhud

  • Sumo

Banyak yang salah persepsi tentang zuhud, sehingga mereka talak tiga kepada  dunia. Mereka sama sekali tidak berhasrat pada dunia. Mereka menyingkirkan perhatiannya dari dunia. Padahal jelas sudah penjelasan dari Allah bahwa manusia ditugasi untuk mengurus dunia ini: “ Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. (QS. Al-Baqarah 30)

Banyak pengertian yang disampaikan oleh para solafussoleh tentang makna zuhud, namun menurut  penulis ada yang terbaik diantara semuanya yaitu menurut Yunus bin Maesarah: “Bukanlah zuhud dalam urusan dunia itu mengharamkan apa yang telah Allah halalkan, tidak pula menghambur-hamburkan harta tetapi makna dari zuhud itu meliputi tiga  hal:.

1.  Mengharapkan apa yang ada di sisi Allah  lebih ia yakini dari pada  apa yang ada di tangannya.

Subhanallah bila zuhud ini sudah menjadi sikap hidup setiap Muslim maka tidak akan ada permusuhan karena merebutkan kekuasaan, kedudukan atau harta benda apalagi tega membunuh teman sendiri hanya karena merebutkan lahan parkir. Tidak ada yang saling merendahkan hanya karena pebedaan suku, bangsa atau jumlah harta benda. Tidak akan ada ceritanya seseorang menjual harga diri demi secuil kenikmatan dunia apalagi mengorbankan imannya. Atau tidak ada orang yang stres gara-gara kehawatiran tidak bisa makan besok hari. Lebih-lebih tidak akan ada ceritanya orang yang sampai tega membunuh dirinya berikut anaknya karena sebab phk.

  1. Ada musibah atau tidak ada musibah sama kondisinya

Justru yang muncul adalah orang-orang yang berhati baja, tegar menghadapi berbagai kondisi hidup yang seolah-olah tidak lagi bersahabat dengannya. Kebahagian tetap terpancar pada wajahnya meskipun musibah sedang menimpanya. Keimanannya kepada Allah tidak bisa terkikis hanya karena musibah tapi justru ia semakin faham dan yakin bahwa semua yang ada padanya bukan miliknya. Bahwa yang Allah sediakan di Akhirat kelak lebih dan semakin ia yakini dan harap-harapkan.

  1. Dipuji atau dicerca ketika menegakkan kebenaran sama saja baginya

Semangat hidupnya tetap tegak dalan suasana dan nuansa  optimis walau terkadang langkah-langkah hidupnya menuai cerca dan celaan. Kalaupun ia mendapat pujian dengan segera ia kembalikan kepada Allah Rab seluruh alam yang segala pujian untuk-Nya.     Rasulullah saw. adalah paling zuhudnya manusia. Beliau sangat menikmati tugas-tugas dakwah dan perjuangannya tak perduli apapun keadaannya  apapun rintangannya, apapun tanggapan manusia yang didakwahinya

Pada  suatu hari ada seseorang menemui Nabi dan bertanya: “ Wahai Rasulullah, tunjukkanlah padaku suatu amalan bila aku mengamalkannya, aku dicintai oleh Allah dan oleh manusia.” Rasulullah saw. menjawab: “ Zuhudlah engkau terhadap dunia, niscaya Allah mencintaimu. Dan zuhudlah engkau terhadap apa yang dimiliki orang lain, niscaya mereka akan mencintaimu.” (HR Ibnu Majah)

Coba perhatikan perkataan Ali bin Abi Thalib: “ Siapa yang zuhud di dunia niscaya musibah tarasa ringan baginya.” Renungkan apa nasehat Imam Ahmad: “ Zuhud itu, dia tidak bangga dengan jumlah hartanya yang bertamban dan tidak sedih karena hartanya berkurang. Fudhail bin ‘Iyadh bertutur: “ Zuhud itu asalnya adalah ridha kepada Allah ‘Azza wa Jalla.”  Dan katanya lagi :  “Orang yang selalu merasa puas, itulah dia orang yang zuhud dan dialah orang yang kaya.”

Zuhud itu tidak sama dengan kemiskinan. Zuhud itu bukan hanya orang miskin yang mampu melakukannya.  Bisa jadi yang  sangat kaya lebih zuhud dari yang tidak terlalu kaya karena zuhud itu amalan hati. Hati yang selalu mengharapkan pertemuan dengan Allah. Hati yang amat merindukan Syurga. Hati yang lebih yakin dengan janji Allah dari apa yang ada pada genggamannya. Wallahu a’lam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses