Keutamaan Basmallah

Ada seorang wanita sholihah mempunyai  suami seorang munafiq yang berhati  jahat.  Wanita Ini dalam kehidupan sehari harinya, ia tidak bertutur kata atau berbuat sesuatu kecuali selalu membaca Basmalah. Tapi kebiasaan ini tidak disukai oleh suaminya. Suatu ketika wanita tersebut meletakkan semua perhiasannya di kantong dan disimpannya di dalam lemari.  Pada saat wanita ini sedang tidak di rumah, suaminya mengambil perhiasan yang ada di dalam kantong  tersebut. Kemudian  dia buang kantong itu ke luar rumahnya dan perhiasannya dia ambil itu ia sembunyikan. Dia juga sudah menyiapkan jawaban ketika nanti ditanya oleh istrinya terkait kehilangan perhiasannya. Mungkin nanti dia akan mengatakan bahwa perhiasannya telah dicuri maling.   Lanjutkan membaca

Pesan Terakhir

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seseorang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maaf, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?” “Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah shalalllahu alaihi wassalam menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut,” kata Rasulullah. Lanjutkan membaca

Keikhlasan

Dari Sulaiman bin Yasar, ia berkata: Orang-orang berpencar dari hadapan Abu Hurairah, setelah itu Natil ,seorang penduduk Syam, bertanya: Wahai Syaikh, ceritakanlah kepada kami hadits yang pernah Engkau dengar dari Rasulullah! Dia menjawab: Ya, saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya manusia yang pertama kali di-hisab pada hari Kiamat ialah seseorang yang mati syahid. lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya sehingga ia mengenal dan mengakuinya dengan jelas, lantas Dia bertanya: ‘Apa yang telah kamu lakukan dengannya (dengan kenikmatan-kenikmtan itu)? Dia menjawab: ‘Aku berperang demi Engkau ya Allah sampai aku mati syahid.’ Allah berfirman: ‘Dusta kamu, namun kamu berperang agar dikenal sebagai seorang pemberani. Maka kamupun telah dikenal demikian’ Kemudian diperintahkan agar ia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka. Lanjutkan membaca

Hijrah Ke Madinah

Tersebarnya berita masuk Islamnya sekelompok penduduk Yatsrib (Madinah), membuat orang-orang kafir Quraisy semakin meningkatkan tekanan kepada orang-orang Mukmin di Makkah. Lalu Nabi Muhammad Saw memerintahkan mereka agar hijrah ke kota Madinah. Sahabat segera berangkat menuju Madinah secara diam-diam, agar tidak dihadang oleh musuh. Namun Umar bin Khattab justru mengumumkan terlebih dahulu rencananya untuk berangkat ke pengungsian kepada orang-orang kafir Makkah. Beliau mengatakan: “Siapa di antara kalian yang bersedia benpisah den gan ibunya, silahkan hadang aku besuk di lembah anu, besuk pagi saya akan hijrah.” Tidak seorang pun berani menghadang Umar. Lanjutkan membaca

Hati Yang Lapang

Dikisahkan oleh  Anas bin Malik r.a., “Kami tengah duduk bersama Rasulullah saw. Lalu beliau bersabda, ‘Akan muncul di hadapan kalian seorang dari penduduk surga.’ Setelah itu muncullah seorang lelaki Anshar sembari merapikan jenggotnya karena habis berwudu, sementara tangan kirinya membawa sandal.”  Pada hari berikutnya, sebelum lelaki tersebut datang, Rasulullah bersabda dengan sabda yang serupa. Begitulah yang juga terjadi pada hari yang ketiga. Hal ini membuat Abdullah bin Amr bin Ash r.a. merasa penasaran, apa kiranya yang membuat lelaki tadi selama tiga hari berturut-turut dikatakan Rasulullah saw. sebagai penduduk surga.
Lanjutkan membaca

Kewaraan Basyar Al Hafi

Suatu hari, Basyar al-Hafi membeli sepatu baru lalu dipakainya ke masjid. Ia melepas sepatunya di depan pintu masjid lalu masuk untuk mengimami shalat. Ketika keluar, ia tidak mendapati sepatunya lalu menangis! Para jamaah shalat berkata: Tidak sepatutnya orang sepertimu, wahai imam, menangis karena kehilangan sepatu baru. Kami akan membelikan sepatu baru untukmu. Basyar al-Hafi berkata: Demi Allah, saya menangis bukan karena kehilangan sepatu baru. Saya menangis karena saya telah menjadi sebab kemaksiatan salah seorang diantara kaum muslimin. Kalau saya tidak memakai sepatu baru pasti dia tidak mencuri, pasti dia tidak melakukan maksiat dan dosa. Kemudian Basyar al-Hafi bersumpah untuk tidak memakai sepatu sejak hari itu dan menjalani sisa hidupnya dengan telanjang kaki. Karena itu, ia disebut Basyar al-Hafi. Al-Hafi artinya telanjang kaki.

Istananya Sang Pemaaf

Pada suatu hari, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sedang berkumpul dengan para sahabatnya. Di tengah perbincangan dengan para sahabat. Tiba-tiba Rasulullah SAW  tertawa ringan sampai terlihat gigi depannya. Umar bin Khattab r.a. yang berada di situ, bertanya: “Apa yang membuatmu tertawa wahai Rasulullah?” Rasulullah SAW menjawab: “Aku diberitahu Malaikat, bahwa pada hari kiamat nanti, ada dua orang yang duduk bersimpuh sambil menundukkan kepala di hadapan Allah SWT. Salah seorang mengadu kepada Allah sambil berkata:  ‘Ya Rabb, ambilkan kebaikan dari orang ini untukku karena dulu ia pernah berbuat zalim kepadaku.” Allah SWT berfirman: “Bagaimana mungkin Aku mengambil kebaikan saudaramu ini, karena tidak ada kebaikan di dalam dirinya sedikitpun?” Lanjutkan membaca

Berkat Istighfar

Soal jodoh dan pernikahan adalah masalah yang paling mendominasi perhatian dan pemikiran umumnya gadis yang telah cukup umur dan siap menikah. Disamping karena memang begitulah fitrahnya, juga itulah materi pertanyaan dan bahan “interogasi” yang hampir selalu diajukan oleh berbagai pihak kepada setiap gadis yang dinilai “sudah waktunya”, lebih-lebih jika usianya dianggap telah masuk kategori “tertinggal kereta”, karena sudah memasuki masa usia “kritis” bagi seorang gadis! Begitu pula denganku. Sebagai seorang gadis normal yang telah cukup usia, tentu akupun seperti yang lainnya, ingin segera mendapatkan jodoh dan memasuki jenjang dan tahapan kehidupan yang termasuk paling menentukan, yakni jenjang pernikahan dan tahapan hidup berkeluarga. Lanjutkan membaca

Meminjami Allah

Suatu ketika Rasulullah saw membacakan sebuah ayat Al-Qur’an kepada para sahabat: “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS Al Baqarah: 245). Tiba-tiba Abu Dardah r.a. berdiri. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, benarkah Allah meminta pinjaman kepada kita?” Rasulullah saw. menjawab, “Ya, benar.” Abu Dardah kembali berkata, “Wahai Rasulullah, apakah Dia akan mengembalikannya kepadaku dengan pengembalian yang berlipat-lipat?” Rasulullah saw. menjawab, “Ya, benar.” Lanjutkan membaca

Nasehat Anak Kecil

Nu’man bin Tsabit yang dikenal dengan sebutan Abu Hanifah atau populer disebut Imam Hanafi pernah berselisih dengan anak kecil yang berjalan mengenakan terompah. Sang Imam berkata: “Hati-hati nak dengan sepatu kayumu itu, jangan sampai kau tergelincir”. Anak ini pun tersenyum dan mengucapkan terima kasih atas perhatian Abu Hanifah. Kemudian anak tersebut balik bertanya “Bolehkah saya tahu namamu Tuan?”.  “Nu’man namaku”, Jawab sang imam. “Jadi, Tuanlah yang selama ini terkenal dengan gelar Al Imam Al A’zham (imam agung) itu?” Ucap si kecil. Abu Hanifah menjawab “Bukan aku yang memberi gelar itu, Masyarakatlah yang berprasangka baik dan memberi gelar itu kepadaku.” Lanjutkan membaca