Zainab binti Jahsy adalah putri dari bibi Rasulullah SAW yang bernama Umaymah binti Abdul Muthalib bin Hasyim. Zainab adalah seorang wanita yang cantik jelita dari kaum bangsawan yang terhormat. Dipandang dari ayahnya, Zainab adalah keturunan suku Faras yang berdarah bangsawan tinggi. Ia dinikahkan Rasulullah dengan anak angkat kesayangannya Zaid bin Haritsah. Tetapi pernikahan itu tidak berlangsung lama, mereka akhirnya bercerai. Kemudian Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad saw untuk menikahi Zainab. “Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya). Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mu`min untuk (mengawini) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada istrinya. Dan adapun ketetapan Allah itu pasti terjadi.” (QS Al-Ahzab:37) Lanjutkan membaca
Arsip Kategori: Kisah
Kerinduan Sahabat Anas
Belum lama Rasulullah saw tinggal di Madinah, datanglah seorang wanita bernama Al Ghumaiso’ binti Milhan menemui Rasulullah saw bersama putranya Anas bin Malik, ia berkata : “Wahai Rasulullah, tidak satupun seorang laki-laki dan perempuan dari Ansor ini, kecuali telah memberi hadiah kepadamu, dan sesungguhnya Aku tidak memiliki apa yang dapat aku berikan kepadamu kecuali anakku ini….maka ambillah anak ini agar dia dapat membantumu kapan anda mau.” Tergugahlah Rasul untuk menerimanya. Beliau mengusap kepalanya dan menyatukannya dengan keluarganya. Saat itu umur Anas sepuluh tahun. Suatu kebahgaiaan dapat menjadi pembantu Rasulullah, dan hidup terus bersama Rosulullah hingga Beliau kembali kepada Allah. Adalah masa hidupnya menjadi pembantu Rasulullah selama sepuluh tahun. Kondisi ini dimanfaatkan oleh Anas untuk menimba langsung hidayah dari Rasul. Memahami semua sabdanya, mengetahui sifat-sifat dan keutamaannya yang tidak diketahui oleh selainnya. Lanjutkan membaca
Akhlaq Yang Menakjubkan
Marilah kita saksikan salah satu dari banyak sudut akhlak Rasulullah saw. Al-kisah di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, “Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya” Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawakan makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat. Lanjutkan membaca
Keshalehan Seorang Anak Khalifah
Di hari-hari pertamanya menjadi Khalifah, kegiatan Umar bin Abdul Aziz RA sangat padat sekali. Karena terasa lelah sekali, beliau menuju ke rumahnya dan masuk ke kamarnya. Beliau benar-benar ingin mendapatkan sedikit istirahat, setelah kelelahan yang amat sangat, semenjak wafatnya khalifah sebelumnya. Akan tetapi, ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz baru saja mau meletakkan punggungnya di tempat tidurnya, hingga datanglah putranya, Abdul Malik yang waktu itu baru menginjak usia tujuh belas tahun. Lalu sang putra berkata, “Apa yang ingin engkau lakukan, wahai Amirul mu’minin?!!” Ayahnya menjawab, “Wahai anakku, aku ingin tidur sejenak, karena sudah tak tersisa lagi tenagaku ini.” Putranya menjawab: “Apakah engkau masih ingin tidur sejenak sebelum mengembalikan hak-hak orang yang dizhalimi, wahai Amirul mukminin?”. Lalu sang ayah menjawab, “Wahai anakku, sesungguhnya aku tadi malam tidak tidur karena bersama pamanmu Sulaiman. Nanti kalau sudah datang waktu Dzuhur, aku akan shalat bersama orang-orang dan akan dan aku mengembalikan hak-hak orang yang dizhalimi tersebut, insya Allah.” Lanjutkan membaca
Kerinduan Sahabat Bilal
Kecintaan Sahabat Bilal radhiyallahu anhu kepada Rasulullah sholallahu alaihi wassalam sangat luar biasa. Hingga tidak ada lagi sisa dalam hatinya untuk mencintai yang lainnya. Ketika Rasulullah SAW wafat, hatinya sangat sedih dan merasa sangat kehilangan yang luar biasa. Saking sedihnya berpisah dengan Rasulullah SAW, beliau tidak bisa lagi mengumandangkan adzan sebagaimana yang ia lakukan bersama Rasulullah SAW. Bahkan sahabat Bilal tidak tahan lagi untuk tinggal di kota Madinah. Beliau meminta izin kepada khalifah Abu Bakar ra. untuk meninggalkan Madinah dan memilih tinggal di negeri Syam. Beliau menetap dan menikah disana. Hingga pada suatu hari beliau terjaga dari tidurnya dan menangis sejadi-jadinya yang membuat terkejut istrinya. Sebuah tangisan yang tidak biasa dari sahabat Bilal ra. Lanjutkan membaca
Manisnya Bacaan Al Quran
Dalam sebuah peperangan Rasulullah SAW memilih beberapa orang sahabatnya untuk berjaga secara bergiliran. Maka terpilihlah ‘Amr bin Yasir dan ‘Abbad bin Bisyr yang berada dalam satu kelompok. Karena dilihat oleh ‘Abbad bahwa ‘Amr sedang lelah, ia mempersilahkan agar ‘Amr tidur terlebih dahulu dan ia yang akan berjaga. Jika ‘Amr telah mendapatkan istirahat yang cukup, maka bergantian ‘Abad yang berjaga. ‘Abbad melihat bahwa keadaan sekelilingnya aman. Timbullah di benaknya, kenapa ia tidak mengisi waktunya dengan shalat sehingga pahala yang diperoleh akan berlipat. Sementara ia sedang berdiri shalat membaca Surat Al-Fatihah, tiba-tiba sebuah anak panah meluncur cepat dan tepat mengenai pangkal lengannya. Dicabut anak panah itu dan diteruskan shalatnya. Tidak lama kemudian, anak panah kedua datang mengenai bagian tubuh yang lain. Namun, ia tidak berkeinginan untuk menghentikan shalatnya. Ia hanya mencabutnya seperti hal pertama tadi. Lanjutkan membaca
Buah Dari Sebuah Kejujuran
Dikisahkan dari Mubarok -ayahanda Abdullah Ibnul Mubarok- bahwasanya ia pernah bekerja di sebuah kebun milik seorang majikan. Ia tinggal di sana beberapa lama. Kemudian suatu ketika majikannya -yaitu pemilik kebun tadi yang juga salah seorang saudagar- datang kepadanya lalu berkata, “Hai Mubarok, aku ingin satu buah delima yang manis.” Mubarok pun bergegas menuju salah satu pohon dan mengambilkan delima darinya. Majikan tadi lantas memecahnya, ternyata ia mendapati rasanya masih asam. Ia pun marah kepada Mubarok sambil mengatakan, “Aku minta yang manis malah kau beri yang masih asam! Cepat ambilkan yang manis!” Lanjutkan membaca
Shalahuddin Al Ayyubi
Namanya sangat di kenal baik di dunia Timur maupun Barat. Di Timur, Salahuddin dikenal sebagai pemimpin kaum muslim yang merebut dan membebaskan Al-Quds (Jerusalem) dari penguasaan Pasukan Salib. Di Barat, ia dikenal sebagai panglima perang yang gagah, pemberani, namun berjiwa kesatria dan pemaaf. “Siapapun yang menguasai Palestina, dia akan menguasai dunia.” Kata-kata yang sangat terkenal ini keluar dari mulutnya. Tidak hanya sekadar kata, dia pun berhasil mewujudkan kata-katanya itu. Lewat perjuangan panjang dan melelahkan, Salahuddin dan pasukannya mampu merebut kembali tanah Palestina yang ketika itu selama delapan puluh tiga tahun lepas dari genggaman. Lanjutkan membaca
Doa Yang Terkabulkan
“Ya Allah, jangan kembalikan aku ke keluargaku, dan limpahkanlah kepadaku kesyahidan.” Itulah seuntai doa yang keluar dari mulut seorang sahabat yang bernama Amru bin Jamuh ra. Ketika itu ia bersiap-siap untuk mengenakan baju perangnya dan bermaksud untuk berangkat bersama-sama kaum muslimin menuju ke medan perang Uhud. Kesempatan tersebut adalah merupakan kali pertama bagi Amru terjun ke medan pertempuran. Hal ini disebabkan karena kaki beliau yang pincang. Dan Allah SWT memberikan dipensasi seperti dalam firman-Nya dalam surat Al Fath ayat 17: “Tiada dosa atas orang-orang buta, atas orang-orang pincang dan atas orang sakit untuk tidak ikut berperang.” Karena kepincangan itulah yang menyebabkan Amru bin Jamuh tidak wajib untuk ikut berperang. Disamping juga karena keempat anaknya telah pergi ke medan perang semuanya. Lanjutkan membaca
Menghutangkan Harta Kepada Allah
Tidak seperti biasanya, hari itu Ali bin Abi Thalib pulang lebih sore menjelang asar. Fatimah putri Rasulullah menyambut kedatangan suaminya yang sehari suntuk mencari rezeki dengan sukacita. Siapa tahu Ali membawa uang lebih banyak karena kebutuhan di rumah makin besar. Sesudah melepas lelah, Ali berkata kepada Fatimah, “Maaf sayangku, kali ini aku tidak membawa uang sepeserpun.” Fatimah menyahut sambil tersenyum, “Memang yang mengatur rezeki tidak duduk di pasar, bukan? Yang memiliki kuasa itu adalah Allah Ta’ala.” “Terima kasih,” jawab Ali. Matanya memberat lantaran istrinya begitu tawakal. Padahal persediaan dapur sudah ludes sama sekali. Toh Fatimah tidak menunjukan sikap kecewa atau sedih. Ali lalu berangkat ke masjid untuk menjalankan salat berjama’ah. Lanjutkan membaca